Lombok
juga dikenal dengan sebutan “ pulau seribu
masjid” , ya itu karena disini kurang lebih 95% penduduknya ber-agama
Islam. Suku mayoritas adalah: Sasak dan bahasa sehari-hari :Bahasa Indo, Sasak.
Saya
untuk pertama kalinya berkunjung kesana bersama teman saya Herman tahun 2010
lalu tepatnya tanggal 14 – 17 Maret. Namun jangan berharap disini saya akan bercerita
tentang pengalaman menikmati indahnya pasir
putih dan laut biru Gili Terawangan atau perjuangan menaklukkan Rinjani
dan mengibarkan bendera merah-putih dipuncaknya. Bukan,bukan itu..yang ini mengerikan.
Pulau
Lombok adalah termasuk kedalam Propinsi Nusa Tenggara Barat yang ber-ibu kota
Mataram (the Lombok busiest town).
Pulau ini berjarak kurang lebih 150 km
dari pulau Bali, dan dapat diakses melalui udara maupun laut. Akses udara hanya
membutuhkan maksimal 1 jam, dan akses laut membutuhkan paling mentok 5 jam.
Saya
dan teman saya memilih menggunakan transportasi laut (Ferry) waktu itu, tujuan yang pertama dan terutama adalah
tentu saja meng-irit biaya.
Pertimbangannya adalah: jika menggunakan pesawat yang harga tiketnya tiga kali
lipat dari kapal laut, kami tidak mungkin membawa motor kami ke counter check-in di bandara,dan
memohon kepada petugas check-in
sambil menangis darah untuk dimasukkan
ke bagasi cuma-cuma 20kg. Di Lombok, bagaimana kami akan mencari hotel jika tak
ada motor ini? Bagaimana kami akan berkeliling? dengan taxi? Menyewa mobil?bayar
pake apa? daun?...Jadi tentu saja transportasi laut adalah pilihan yang sangat tepat
karena kami bersama “si roda dua ini”, selain untuk menjaga kelancaran
mobilitas juga menghindari pengeluaran dollar
yang lebih banyak. Ya namanya juga bekpeker,sangat wajar jika pengeluaran atau
duit is the main concern… kalo royal
ya bukan bekpeker donk namanya hehe..
Saran: Jika
anda ingin ke Lombok namun dengan budget terbatas, sewalah motor di Bali dan
berangkatlah PP dengan menggunakan Ferry. Kisaran biaya transportasi untuk
perjalanan 3 hari 2 malam adalah sekitar Rp.380,000, (Tiket Ferry PP 1 motor 2
orang =Rp 200,000,- + sewa motor @Rp.60,000,- per hari tidak termasuk bensin).
Padang Bai - Lembar |
Hari
pertama ini (Minggu-14 Mar): Setelah ibadah Gereja kami melanjutkan sesi packing yang sudah selesai setengah tadi
pagi dan mengecek ulang perlengkapan kami masing-masing. Yang dibawa pun juga tidak
banyak hanya pakaian ganti untuk perjalanan 4 hari / 3 malam. Setelah semua beres,
kami meninggalkan kota Denpasar sekitar pukul 1100 menuju pelabuhan Padang bai
(Candidasa) yang berjarak kurang lebih 40km dari pusat kota Denpasar atau kurang lebih 1 jam perjalanan.
Sesampai
di pelabuhan kami harus melewati “security
check” untuk pemeriksaan dokumen kendaraan–
PENTING!: sebelum berangkat pastikan
anda membawa dokumen kendaraan yang valid (baik kendaraan sewaan/pribadi) seperti SIM, STNK dan juga tetap siapkan kertu identitas
pribadi (KTP) untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Setelah
melalui security check, kami membeli tiket di loket seharga Rp. 100,000 untuk 1
motor 2 orang, kemudian menunggu sekitar sejam untuk keberangkatan Ferry. Sekitar pukul 1300, Ferry meninggalkan
pelabuhan Padang bai menuju pelabuhan Lembar-Lombok.
For more info tentang penyebrangan
Padang Bai – Lembar bisa di cek disini.
Kurang
lebih 4 jam kami habiskan “membusuk” di Ferry, cuaca sangat cerah waktu itu. Pemandangan
laut di selat Lombok benar-benar memukau.
Meluruskan Tulang Ekor |
THE FERRY |
THE TANKER |
Kapal
kami baru merapat dipelabuhan Lembar sekitar pukul 1700 sore. Tanpa banyak
bacot, kami segera tancap gas dan melucur ke kota Mataram yang kira-kira jaraknya
masih 28 km lagi dari Lembar, misinya :untuk mencari penginapan secepat mungkin sebelum hari gelap.
Kurang
lebih sejam perjalanan tibalah kami di kota, karena rasa lapar yang menggangu,
kami kemudian memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu sebelum lanjut mencari
penginapan. Beginilah susahnya menjadi “backpacker”,
kami masih harus menghabiskan waktu mencari mencari-cari penginapan “budget” dan strategis padahal sudah maghrib.
Karena
sudah hampir sejam kami tidak menemukan penginapan yang “pas” di kota Mataram,
kami memutuskan untuk mencarinya di daerah Senggigi saja. Senggigi masih harus ditempuh
kurang lebih 30 menit dari Mataram. Dan kesalahan berikutnya, adalah kami tidak
membawa PETA, alhasil hanya mengikuti petunjuk jalan dan bertanya rute Senggigi
kepada orang lokal. Naas! Saya mulai merasakan tulang punggung dan tulang ekor “nyeri” karena kelamaan duduk dijok motor yang
“empuk” belum lagi harus menahan berat tas
keril dipunggung yang berisi barang-barang yang tak jelas.
Senggigi
memang lebih dikenal sebagai area turis di Lombok. Ada banyak restoran, night club dan hotel-hotel budget-menegah-bintang disini. So disarankan mencari penginapan di
daerah Senggigi saja jika anda ke Lombok . Sebabnya selain karena lebih banyak
pilihan akomodasi juga karena Seggigi jauh “lebih hidup” di malam hari dibandingkan
Mataram.
Setelah
dua, tiga penginapan terlewati, kami belum juga menemukan penginapan yang
“benar-benar pas”, pas dalam artian “pas” budget,
“pas” viewnya. Secara logika, sangat tidak mungkin menemukan penginapan dengan view bagus tapi dengan harga miring
20-30 derajat. So, sebenarnya apa yang kami cari? Saya juga sebenarnya bingung
#gubrakk!
Karena
saking putus asanya, kami memutuskan untuk ke “warnet” dan browsing nomer telpon dan
alamat hotel-hotel di Senggigi dan kemudian menelpon dan bertanya : “masih ada kamar bu/pak? Fasilitas kamarnya apa
saja?”. Nasib “backpacker” amatiran yah
seperti kami inilah. Seharusnya kami telah memegang list hotel sebagai
referensi sebelum meninggalkan Denpasar. Tapia pa daya, bubur sudah menjadi kerak.
Setelah
menelpon dua, tiga penginapan kendala lain pun muncul…pulsa habis..jiahh!!gubrakk! this
option also did not work very well, daripada menghabiskan uang untuk isi pulsa
atau berlama-lama di warnet tanpa hasil yang jelas, mending cabut! So inti
daripada cerita “pencarian” akomodasi ini adalah : kami berdua sama-sama “first timer” ke Lombok, dan nekad
berangkat tanpa mencari referensi terlebih dahulu, mohon jangan ditiru!
Waktu
sudah menunjukkan pukul 1900 , sangat tidak lucu jika kami harus tidur
be-alaskan kardus di jalan Raya Senggigi malam ini karena belum juga menemukan
penginapan. Akhirnya saya dan teman saya
bertekad untuk mengakhiri ketidak jelasan ini : daripada terus-terusan begini, mending
kita cari sekali lagi dan kita ambil saja tanpa banyak pertimbangan! Kataku
kepada si Herman.
Akhirnya,
di pencarian terakhir yang penuh dengan perjuangan dan airmata ini (lebay ON) kami menemukan penginapan yang
sebenarnya masih kurang “pas” tapi di “pas-pasin”– hadeh maunya apa sih? Tamparr!! – PURI SENGGIGI HOTEL (telp: 0370-692
192)
,hotel buget dan cocok untuk “backpacker”
, harga kamar (2010) Rp.175,000,- net per malam termasuk AC,bath-up,TV dan makan
pagi (nasi goreng/toast) dan Rp. 100,000,- net untuk kamar yang lebih standar dengan
kipas angin termasuk makan pagi.Harga kamar kemungkinan naik 1-2% (2013).
Ada
dua hotel budget lagi yang bisa
menjadi referensi anda jika berkunjung ke Lombok (hasil survey kami loh!!) selain PURI SENGGIGI HOTEL – tapi tidak
menjadi pilihan kami karena kurang “srek” di hati, keduanya berlokasi di
Senggigi juga yaitu : HOTEL ELEN (0370-693077) atau PURI SHINTA (0370-6609477)
tidak ada kamar ber-AC. Harga kamar berkisar antara 75,000 – 150,000 per malam
termasuk sarapan (2010).
Saran :
Biasanya harga kamar akan lebih murah jika anda go-show atau datang langsung tanpa reservasi. Pastikan anda
bepergian pada periode low season (January – May, Sep,Oct,Nov) dimana
akomodasi-akomodasi pada banting harga.
Hari
pertama ini benar-benar melelahkan. Kami menggunakan waktu untuk beristirahat karena
besok kami harus check-out lagi dan memulai
bab ke-2 buku “Penderitaan duo bekpeker
di Lombok”. Kami berencana untuk “mengeksplorasi” Lombok selatan besok. Bersambung….
good referece to be a backpacking to Lombok
ReplyDeleteGoing to Lombok via Padang bai (Bali) is the chepest and best recommended way rather than taking plane at high cost.
ReplyDeleteBudget accomodations are many available in Senggigi area too.Just be sure you traveling on low season period.